Jumat, 08 Oktober 2010

Berspekulasi pada Tragedi 1998


- Judul Buku: Andromeda: Repihan Kisah di Balik Suksesi Kepemimpinan
Nasional, Mei 1998
- Penulis: Nisa'ul Kamilah Chisni
- Penerbit: Garasi
- Cetakan: 2008
- Tebal: 204 Halaman

Rrrueng!! Rrrueng!! Rrrueng!!!
Lima buah sepeda motor tanpa pelat nomor melaju kencang di belakang para mahasiswa sembari meletuskan tembakan ke udara. Semuanya panik. Meda yang berada di sisi Baskara, anak Hartanto, mendekapnya erat sambil menundukkan kepala dan berlari.
"Semuanya, lari!!!" teriak Murse sembari melindungi Hartanto.
Hanya beberapa detik. Deru motor terdengar menjauh. Setelah deru menakutkan itu benar-benar lenyap, kawan-kawan mahasiswa yang kocar-kacir kembali ke tempat semula sambil berharap tak ada hal buruk yang terjadi.
"Tidaaak!!!" raung Mures dengan kaki kanan penuh bercak darah.
Semuanya terguncang. Mata mereka memerah. Bermacam sumpah serapah sudah akan keluar jika saja Bintang tak segera mengangkat tubuh tak bernyawa di depannya, Hartanto, dan berucap dengan suara gemetar, "Innalillahi wa innaa ilaihi raaji'un...."
Klimaks peristiwa berlatar waktu 17 Mei 1998 tersebut merupakan fragmen Andromeda, Ripihan Kisah di Balik Suksesi Kepemimpinan Nasional, Mei 1998.
Andromeda menawarkan sebuah versi lain pengenangan suksesi kepemimpinan nasional 1998. Kilas balik sebuah tragedi memilukan di bulan Mei yang telah menumbalkan banyak korban dan menjadi tonggak bagi reformasi Indonesia.
Dengan begitu mengalir dan fasih, Nisa'ul Kamilah Chisni, yang adalah seorang aktivis gerakan mahasiswa itu mampu menyublimkan deretan fakta hari-hari menjelang puncak reformasi hingga saat ribuan mahasiswa mendukuki gedung MPR/DPR ke dalam bentuk fiksi.

10 tahun reformasi
Novel yang diproyeksikan sebagai peringatan 10 tahun Reformasi dan 100 tahun Kebangkitan Nasional 2008 ini menceritakan perjuangan Andromeda Fadilla, seorang mahasiswi tahun ketiga di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia adalah pengurus senat mahasiswa dan orator ulung di hampir setiap demonstrasi.
Gadis berjilbab ini berkarib dengan Zou, seorang warga keturunan dan salah seorang mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Sayang, perjalanan hidup perempuan berkulit kuning berambut lurus panjang sepunggung ini berakhir pilu. Ia diperkosa.
Novel ini makin lengkap dan mendebarkan dengan dihadirkannya tokoh-tokoh antagonis versi mahasiswa pendemo. Dikisahkan, di negeri Mesir, Soeharto dengan cemas dan galau memantau dan mengendalikan situasi saat di negerinya terjadi gelombang tekanan dari aksi demonstrasi. Diceritakan pula tingkah polah para petrus (penembak misterius) yang begitu tenang, sadar, dan lantang menembak sasaran "pesanan" dengan timah panas demi sebuah kebenaran versi dia.
Buku setebal 202 halaman ini melampirkan dua foto dokumentasi Kompas, foto seorang mahasiswa yang tergeletak sekarat dan tak ada yang peduli berlatar aparat berpelindung kepala, berperisai, mengacung-acungkan pentungan mengejar para demonstran, serta sebuah foto ribuan mahasiswa menyemut di gedung MPR/DPR. Sudah pasti ini merupakan pesan simbolik yang pengin disampaikan pengarang bahwa perjuangan terhadap "kesalahan" perlu sebuah soliditas dan pengorbanan. 
Melalui Andromeda, pembaca diajak untuk memahami kenyataan yang sesungguhnya tanpa harus menunjuk hidung. Melalui narasinya pula, pembaca bisa membuat spekulasi dengan rangsangan-rangsangan cerita yang ada sehingga dipersilakan menyimpulkan siapa sebenarnya dalang kerusuhan di balik tragedi tersebut.
Di sela pengisahan hero-tragis di balik suksesi kepemimpinan nasional secara cair ini, Mila-panggilan akrab penulis buku itu-berpesan ke sahabatnya, para generasi bangsa: perubahan, perbaikan, kemajuan, keamanan, dan beragam bentuk progresivitas negeri ini
adalah tanggung jawab bersama.  (Didik Durianto/Penyelaras Bahasa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar