Jumat, 08 Oktober 2010

Mode yang Dikultuskan


Data Buku:

 Judul Buku: Kultus Underground,
Pengantar untuk Memahami Budaya (Kaum Muda) Pascamodern
Penulis: Tony Thorne
Penerbit: The Continuum
Cetakan: 2008
Tebal: 332 Halaman


Mengapa sosok Davy Crockett sangat membekas dalam benak generasi muda? Pertanyaan itulah yang mengusik benak pertama kali ketika akan mengupas buku Kultus Underground karya Tony Thorne ini.     
Betapa tidak, Davy Crockett seorang politisi Amerika yang meninggal dunia dalam pertempuran di Alamo pada 1836, ternyata basis bagi mode praremaja pada 1956. Pada saat itu, aktor Fess Parker berperan sebagai Crockett dalam serial televisi Amerika dan dalam dua film layar lebar dengan lagu tema Kings of the Wild Frontier.
Gaya Fess yang menirukan Davy ketika memakai topi adalah pendorong lahirnya gaya yang lebih luas bagi busana koboi. Mode Davy Crockett menjelma menjadi salah satu ikon pemasaran di Inggris pascaperang. Topi-topi Davy Crockett ditampilkan sebagai aksesori pendamping busana minor dalam lingkaran hippies, subkultur hip-hop, serta scratch selama awal tahun 1980-an.
Lalu, apakah yang dimaksud dengan hippies, hip-hop, dan scratch kemudian? Buku ini menjawab semuanya. Tony mengungkapkan hippies sebagai anggota-anggota masyarakat alternatif (kontrakultural) yang menentang nilai-nilai borjuis dan ortodoksi barat pada akhir era 1960-an. Sedangkan hip-hop adalah nama yang diberikan pada subkultur kulit hitam yang berada di antara musik rap, graffiti, dan breakdancing pada akhir 1970-an. Aliran ini dimulai pada 1974 di kawasan perumahan South Bronx, New York, Amerika Serikat, ketika para disc jockey (DJ) menggunakan pengeras suara besar untuk pesta-pesta massal.
Scratch merupakan teknik yang digunakan para DJ dengan maksud mendistorsi suara-suara yang telah direkam sebelumnya. Teknik scratch ini menandai kuatnya kekuasaan DJ terhadap musisi.   
Hal di atas hanyalah beberapa gambaran dari sekitar 446 jenis mode dalam buku ini yang dinilai memiliki pengaruh terhadap gaya hidup kaum muda pada masanya. Dari tren rambut panjang yang dijalin rapat seperti dreadlock di Jamaika hingga kultus religius utopian dan apokaliptik seperti Children of God di California, AS.
Bahkan, postmodernisme sebagai wujud dari penolakan terhadap brutalisme modernis dan teori dekonstruksi yang diusung Jacques Derrida dimasukkan juga sebagai mode yang menjadi kultus. Pada tahun 1980-an, dekonstruksi bahkan menjadi istilah mode dalam semua ranah pemikiran progresif.
Hal itu dikarenakan perubahan mode dan tren tidak hanya tampak dalam budaya pop, tetapi juga dapat dilihat pada capaian-capaian budaya "tinggi" (sastra, seni grafis dan plastik, politik, serta filsafat). Dalam buku ini diungkapkan pula bahwa mode hanyalah hal-hal atau fenomena yang berlangsung sebentar saja. Ya, segala fenomena yang berkembang menjadi kebiasaan ataupun mode yang kemudian dikultuskan.

(Kompas, 7 Mei 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar