Jumat, 08 Oktober 2010

MELONGOK PAJANG TAK HANYA DARI SISI SEJARAH




 

Data Buku
Judul : Pajang: Pergolakan Spiritual, Politik, dan Budaya
Penulis : Martin Moentadhim
Penerbit: Genta Pustaka
Cetakan : Agustus 2010
Tebal   : 269 halaman + xvi
ISBN    : 978-6029597-15-8


Sedikit literatur yang menjelaskan tentang Kerajaan Pajang. Padahal, kerajaan ini punya peran penting dalam penyebaran agama Islam, khususnya di pedalaman Jawa Tengah. Sayang, Pajang tertelan oleh kebesaran Demak, Majapahit, ataupun Mataram.        Meskipun demikian, potongan masa lalu dan juga kejayaan Pajang itu menarik minat Martin Moentadhim Sri Marthawienata yang lalu menulis buku Pajang, Pergolakan Spiritual, Politik, dan Budaya. Sebuah buku sejarah (lagi) kah yang dibuat?
Ternyata tak melulu menyoal tentang sejarah. Akan tetapi, inilah sisi menarik buku tersebut karena Martin tak mau terjebak menuliskan lagi sejarah Pajang seperti buku sejarah. Penulis merangkai tulisan dari sejumlah literatur dan data.   
Referensi andalannya ialah buku yang disusun dua ahli sejarah Jawa asal Belanda, yakni HJ de Graaf dan Pigeaud. Ada juga lima penulis tamu yang ulasannya diletakkan di halaman belakang buku, yakni Bambang Purwanto (Guru Besar Ilmu Sejarah UGM), Soedarmono (dosen sejarah Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta), Sudarno (Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS), arkeolog UGM Timbul Haryono, hingga sambutan Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono.   
Dunia maya tak ketinggalan diselaminya, seperti dari wikipedia dan sejumlah laman budaya. Artikel sejumlah penulis ikut dikutip, misalnya Munawir Aziz dan Abdul Munir Mulkan. Potongan berita di koran yang menarik tak luput disematkan.
Semua itu dirangkai, dianalisis sendiri menjadi sebuah hipotesis, yang tujuan awalnya mengupas tentang Hadiwijaya yang merintis pemerintahan ala manunggaling kawula gusti. Hadiwijaya yang adalah pendiri dan raja Pajang ini tak lain adalah Jaka Tingkir. Untuk mengawali membaca buku ini, ada baiknya melongok sejenak  tulisan dari penulis tamu agar cukup paham alur cerita tentang kelahiran Pajang. Sebab Martin banyak memakai gaya bercerita untuk mengawali tulisan yang menuju ke hipotesisnya itu.   
Garis besarnya, Pajang mengganti zaman keemasan Majapahit dan Demak. Pajang sempat jaya. Buku ini cukup komplet memaparkan kelahiran Pajang yang diawali dari adanya Kadipaten Pengging.   
Jaka Tingkir, setelah Pengging dikuasai Demak, diangkat jadi adipati Pengging. Dari sini, Martin berkisah secara menarik. Misalnya, ia punya literatur yang menunjuk bahwa Jaka Tingkir berwajah tampan juga gigih berkelana dari dusun satu ke dusun lain untuk menggalang dukungan, utamanya kaum terpinggirkan yang saat itu disebut orang abangan (bukan Muslim yang saleh).   
Strategi perangnya adalah gerilya, memanfaatkan sisa-sisa laskar Majapahit. Kekuatan Pajang karena berbasis masyarakat pedesaan, jauh berbeda dari Demak yang berbasis maritim; sebuah hal menarik yang tak pernah terdeteksi di buku sejarah.
Sejumlah tokoh selain Jaka Tingkir coba diangkat Martin untuk menegaskan kejayaan Pajang. Misalnya, tentang Kanjeng Ratu Kalinyamat. Perempuan ini dua kali memimpin armada Pajang menyerang Portugal di Malaka. Sayang, dua-duanya gagal. Namun, setidaknya  Portugal jera dan tak lagi melirik Pulau Jawa.    Banyak informasi dan tidak semuanya saling memperkuat sudah disadari Martin. Misalnya, tentang penyebab kematian Jaka Tingkir ada beberapa versi. Tentang tahun, beberapa literatur juga tak sama, namun tak jadi soal karena sudah ada kompensasinya, yakni cerita "di belakang layar" tentang Pajang.   
Hanya saja, ada tulisan di buku ini yang melebar jika mengingat judulnya adalah "Pajang". Misalnya, buku ini banyak juga bercerita tentang Demak. Bahkan, ada bahasan tentang migrasi orang Jawa ke Jepang untuk mengenalkan budaya tanam padi.
Tiadanya gambar pendukung maupun ilustrasi menjadikan tampilan buku ini agak kering karena hanya teks melulu. Tampak juga pembahasan yang berulang. Walau demikian, keberanian Martin untuk merangkai informasi dari sana-sani membuat sejarah Pajang tak sekadar terpotret dari sisi sejarah dan kronologis.

Sumber:
Naskah: Kompas, 20 September 2010
Ilustrasi: distributorbukukita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar