Jumat, 08 Oktober 2010

MENGUAK SEJARAH YANG DISEMBUNYIKAN




 
Judul: Penghancuran Gerakan Perempuan, Politik Seksual di Indonesia
Pascakejatuhan PKI
Penulis: Saskia E Wieringa
Penerjemah: Harsutejo
Penerbit: Galangpress
Cetakan: I, 2010
Tebal: 542 halaman
ISBN: 978-602-8174-38-1

Sejarah adalah milik penguasa. Melalui kecurigaan semacam itu, buku ini menguak fakta sejarah tentang Gerwani, gerakan perempuan Indonesia yang paling disalahpahami semasa Orde Baru, bahkan mungkin tersisa hingga kini.
Penulis buku ini, Saskia Eleonora Wieringa-kini Ketua Gender and Women;s Same-Sex Relation Cross-culturally di University of Amsterdam Belanda-menggambarkan kesalahpahaman terhadap Gerwani itu melalui ceritanya; mengenai mantan anggota Gerwani yang beralih profesi menjadi tukang pijat dan ahli akupuntur terkenal.
Saskia menemui perempuan itu tahun 1985 atau 20 tahun setelah peristiwa 1965, yang oleh penguasa Orde Baru disebut sebagai peristiwa G30SPKI. Kepada Saskia, perempuan tukang pijat itu bercerita:
"Saya sadar anak laki-laki saya sedang menyembunyikan sesuatu terhadap saya. Akhirnya, suatu hari ia mendekati saya dan bertanya, 'Ma, kenapa Mama menjadi anggota kelompok semacam itu, yang moralnya bejat, membawa kerusakan negeri ini? Apakah Mama juga seorang pelacur? Setiap orang bilang semua anggota Gerwani itu pelacur dan wanita busuk.' Bagaimana caranya saya dapat menjelaskan kepadanya, untuk apa kita hidup, apa sebenarnya yang kami cita-citakan dulu?"
Saskia menulis, setelah 20 tahun berlalu, mantan anggota Gerwani yang ia temui hidup dalam trauma. Setelah keluar dari penjara, aktivitas mereka diawasi ketat militer. Mereka juga tak tenang menjalani kehidupan sehari-hari karena mendapat stigma tertentu dari lingkungan. Seperti tergambar pada penuturan tukang pijat tersebut, anggota Gerwani kerap dituduh pelacur dan wanita busuk.
Pada buku ini, Saskia menjelaskan bagaimana konstruksi tentang Gerwani itu dibentuk penguasa Orde Baru. Tingkah laku dan moralitas mereka dicap menyimpang dari kodrat wanita yang mestinya lemah lembut dan penurut.     
Gerwani adalah korban fitnah yang dilekatkan dengan peristiwa pembantaian di Lubang Buaya tahun 1965. Gerwani menjadi obyek penting dalam kampanye nasional tentang keburukan serta bahaya laten komunisme.
Menurut Saskia, buku ini menyajikan sejarah yang selama Orde Baru disembunyikan dalam tiga tingkatan. Pertama, memaparkan feminisme Indonesia dengan menguraikan lebih banyak momen radikal dan penuh keberanian daripada yang pernah disajikan para penulis selama ini. Kedua, menyajikan sejarah yang selama ini dilarang, yakni sejarah Gerwani. Ketiga, dengan mempelajari peristiwa 1965-1966 dari sisi jender, buku ini mengungkap aspek-aspek lain yang bisa menjelaskan proses kelahiran Orde Baru.
Selama ini, aspek-aspek itu tak terlihat karena digelapkan militer ataupun diabaikan penulis sejarah Indonesia modern. Pada akhirnya, buku ini menunjukkan bagaimana penguasa (laki-laki) memperkuat kedudukannya dengan melemahkan gerakan perempuan.

Daftar hitam
Buku ini ditulis berdasarkan tesis Saskia yang berjudul "The Politization of Gender Relations in Indonesia". Untuk tesisnya, Saskia mewawancarai sejumlah mantan anggota Gerwani dan PKI pada awal tahun 1980-an. Akibat aktivitas penelitiannya waktu itu, Saskia sempat masuk daftar hitam negara.
Sebelum buku ini terbit, tesis tersebut juga dibukukan dengan judul Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia terbitan Garba Budaya tahun 1999. Mengingat situasi politik saat itu, sebagian besar nama narasumber disamarkan. Kini, nama-nama yang disamarkan dikembalikan ke nama aslinya.   
Dengan menampilkan semua  nama dan kejadian tanpa diedit, buku ini membuka mata pembaca tentang sisi gelap atas peristiwa tahun 1965 serta posisi gerakan perempuan dalam sengkarut peristiwa itu. 
Yosep Adi Prasetyo, anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, menulis, mempelajari kembali sejarah G30S versi Orde Baru, pembaca akan menemukan benang merah bagaimana rezim Orde Baru menguasai media massa dan menggunakannya untuk kampanye hitam. Cerita kekejian Gerwani menjadi salah satu landasan membangun rezim Orde Baru dan mendongkel rezim Soekarno.
Melalui buku ini, Saskia sukses membongkar babak penting dalam sejarah Indonesia modern, di mana unsur pidana kejahatan terhadap kemanusiaan begitu lengkap terjadi.

Sumber:
Naskah: Kompas, 28 Juni 2010
Ilustrasi: distributorbukukita.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar